Posted on 2024-12-27 09:30:00 by Kanadi Warman, S.Sos
Penulis : drg Meiza Nerawati M. Biomed
Nutrisi memengaruhi tubuh manusia, baik oral maupun sistemik. Dampak oral menimbulkan pengaruh makanan terhadap jaringan di rongga mulut, dengan melihat komposisi, konsistensi dan frekwensi makanan yang dikonsumsi. Nutrisi yang tepat sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ketidakseimbangan nutrisi selama periode pertumbuhan aktif dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan parah. Malnutrisi kronis membawa dampak bagi perkembangan dan pertumbuhan manusia.
Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah gizi pada anak-anak, yang mencakup dua kelompok besar kondisi yaitu kurang gizi dan obesitas. Kurang gizi meliputi defisiensi mikronutrien, wasting (kurus) dan stunting. Berdasarkan data pemantauan status gizi (PSG), stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya, seperti wasting dan obesitas. Stunting adalah kondisi yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak seimbang pada masa 1000 hari pertama kehidupan.
Periode 1000 hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama bayi setelah dilahirkan. Pada periode sensitif ini akibat yang ditimbulkannya pada bayi akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasan. Pada usia dewasa akan terlihat dari ukuran fisik yang tidak normal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Malnutrisi kronis telah menjadi beban global yang sangat besar, terutama bagi anak-anak di banyak negara berkembang.
Defisiensi I Nutrisi di Rongga Mulut
Defisiensi nutrisi dapat memengaruhi jaringan dalam rongga mulut. Dirongga mulut, malnutrisi kronis menyebabkan perubahan signifikan dalam ekologi mikroba rongga mulut, yang mengakibatkan kecendrungan peningkatan bakteri patogen, melemahnya respon imun dan atrofi kelenjar saliva, sehingga menurunkan jumlah produksi saliva dan kualitas saliva. Hal ini meningkatkan risiko anak stunting mengidap penyakit rongga mulut seperti karies, delayed eruption, enamel defect dan gingivitis.
1. Karies
Sekresi saliva akan terhambat akibat adanya atrofi kelenjar saliva sehingga laju alir saliva berkurang. Ketika laju aliran saliva menurun maka kandungan zat aktif dalam saliva yang berfungsi untuk melindungi gigi dari karies akan terhambat. Saliva juga mengalami perubahan karakteristik, yang menyebabkan penurunan pH dan mengakibatkan anak mengalami kerapuhan gigi. Sehingga anak stunting disebut sebagai kelompok rentan untuk terjadinya karies.
2. Delayed Eruption
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh sangat dipengaruhi zat gizi. Pada tahap dini pertumbuhan zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, kalsium dan fosfor yang sangat penting pada masa pertumbuhan. Kekurangan zat gizi esensial ini akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan kematangan tulang, hingga dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi.
3. Enamel defect
Enamel defect merupakan penyimpangan kualitas dan kuantitas enemel gigi yang dapat menyebabkan gigi rentan terhadap karies. Malnutrisi pada anak dapat menyebabkan gangguan proses pembentukan enamel dan berakibat adanya kerusakan pada organ enamel pasca erupsi. Zat mikronutrien seperti kalsium dan fosfor penting untuk pertumbuhan linier pada awal kehidupan. Kalsium dan fosfor membentuk kristal hidroksiapatit enamel. Pada anak yang mengalami malnutrisi kronis, defisiensi zat- zat mikronutrien ini akan menyebabkan terjadinya enamel defect.
4. Gingivitis
Disebut juga radang gusi, yang ditandai dengan gusi berwarna kemerahan, lunak dan membengkak, serta berdarah ketika menyikat gigi. Gingivitis sering ditemui pada anak stunting. Anak stunting mengalami penurunan respon imun yang menyebabkan berkurangnya ketahanan host terhadap mikroba sehingga terjadi peningkatan kolonisasi bakteri di rongga mulut, yang dapat meningkatkan akumulasi plak. Akumulasi plak merupakan penyebab awal penyakit periodontal, seperti gingivitis. Selain itu anak stunting juga mengalami hipofungsi saliva akibat atropinya kelenjer saliva. Hal ini juga merupakan faktor risiko terjadinya gingivitis.
Nutrisi merupakan hal penting bagi manusia. Adanya korelasi antara malnutrisi dan kesehatan rongga mulut, membuktikan pentingnya menjaga asupan nutrisi yang cukup bagi tubuh kita. Malnutrisi kronis yang terjadi pada anak stunting memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak, baik dari pemerintah, tenaga kesehatan dan terutama orangtua. Upaya promosi kesehatan terkait stunting dan kesehatan gigi melalui edukasi kesehatan. dengan melibatkan orangtua dalam memilih asupan makanan yang bergizi sejak dari dalam kandungan maupun setelah anak dilahirkan, sehingga masalah gizi dapat teratasi.